Selasa, 26 April 2016

cerpen


Rindu yang Tak Berujung
Oleh Fitriani Latif Budu

Semenjak perpisahan itu terjadi aku masih mengingatmu. Bagaimanapun kamu membuatku kecewa dan sesakit apapun itu. Namun, sedikitpun aku tak pernah membencimu. Aku malah memilih diam, pura-pura tidak terjadi sesuatu. Seandainya kamu tahu? Sungguh, dibalik itu, hati ini masih sangat merindukanmu.

Kamu tahu? Jauh setelah perpisahan itu terjadi. Kamu selalu hadir disetiap malam ditidurku. Datang menghampiri seolah mengajak berbicara atau hanya sekedar menyapa saja. Aku merasa kamu benar-benar berada dihadapanku, berbicara dan tersenyum kepadaku. Padahal kita begitu jauh terpaut oleh jarak. Semenjak itu, rindu ini selalu datang. Malam ini, mungkin esok dan seterusnya akan selalu seperti itu. Hingga sekarang rindu ini masih setia bersemayam dihatiku ketika akan kupejamkan mata ini, sebelum kuterlelap dalam tidurku.

Kamu dan kenangan itu selalu terlintas dibenakku. Bagaikan album lama yang setiap lembarannya kuperhatikan tanpa melewatkan satu lembarpun, yang mengantarkanku kembali mengingat tentangmu, tentang kenangan yang kamu tinggalkan.

Pertanyaannya kemudian, mengapa hal semacam ini terjadi padaku? Mungkinkah, karena kamu yang pertama membuatku jatuh hati dan akan sulit untukku melupakan semua tentangmu. Yah, itu hanyalah pendapatku saja. Entahlah, yang aku tahu, aku rindu kepadamu.

Sungguh, sekuat apapun aku untuk menahannya, aku tak mampu mengingkari hatiku. Bahwa aku tak pernah sekalipun ragu akan apa yang aku rasakan saat ini. Meski tanpa alasan apapun dan tanpa kamu harus memberiku apapun.

Bagiku, kamulah yang pertama yang memberiku dan mengoreskan luka dihati ini, walaupun pada akhirnya aku terus jatuh hati untuk berulang kalinya pada hati yang sama dan selalu membuatku bertahan dengan segala perasaanku.

Hei kamu, tak bisakah kamu mengartikan perasaanku, janganlah berpura-pura jahat dihadapanku, jika hanya ingin meyakinkanku bahwa dirimu tak layak untuk dicintai.

Yah, yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah meminta pada Tuhan sang pemilik hati yang mampu membolak-balikkan hati ciptaan-Nya. Aku berdoa dalam diamku, agar rindu yang KAU titip dihati ini yang keperuntukkan kepadanya. Tetaplah berada di sana. Diam dan teruslah diam di sana. Hingga tiba saatnya, takdir-Mulah yang menentukan arah rindu ini. Akankah rindu ini tetap tinggal bersemayam, menepi di sudut hati ini selamanya ataukah, rindu ini akan bertuan padanya dalam pertemuan yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula. Dan jika memang kita dipertemukan kembali, aku berharap dipertemukan pada waktu yang tepat dengan rindu yang sudah pantas tuk aku rindukan. Tapi sungguh, hanya Tuhan yang tahu, ada skenario indah telah dirancang untukku dan untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar