Selasa, 26 April 2016

Terima Kasih


Untukmu “Terima Kasih”
Oleh Fitriani Latif Budu

Terima kasih ya ALLAH telah kau izinkan aku lahir ke dunia ini dari rahim seorang ibu, seorang ibu yang sangat kuat, seorang ibu yang sangat baik, seorang ibu yang sangat sayang kepada keluarganya, anak-anaknya dan cucunya.

IBU, satu kata tapi sangat bermakna dalam hidupku yang tak bisa aku gambarkan hanya satu kalimat, satu paragraf, bahkan sampai beribu paragraf sekalipun tak cukup. IBU, satu kata yang selalu ingin kumeneteskan air mata ketika mendengar namanya disebut. IBU, saat mendengar suaramu rasa rindu dari seorang anak yang jauh di perantauan tak terbendung, air matapun tak sanggup aku tahan. Anakmu ini sangat merindukanmu, merindukan ayah, merindukan adik, keponakan, dan keluarga besar. IBU, meski dalam kurung waktu 5 tahun ini, aku jarang mendengar ocehanmu bahkan tak pernah sekalipun dan hanya kalimat “apa kabar nak?, bagaimana keadaannya nak?, masih punya uang tidak?, hanya kata itu yang sering terdengar saat menghubungiku. IBU, kamu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu meski kamu sendiri dalam kekurangan, terlihat kuat meski sakit, dan tak mau membebani anaknya.

AYAH, terima kasih ya ALLAH telah KAU berikan aku seorang ayah yang luar biasa dimataku. Seorang ayah yang tidak kenal lelah mencari nafkah untuk kebahagiaan anaknya. AYAH, terima kasih telah mengajariku berbagai banyak hal.

IBU, AYAH, kalian selalu mendoakan anak-anaknya kelak akan sukses dan tidak mau melihat anak-cucunya merasakan betapa pahitnya perjuangan untuk hidup tanpa apa-apa seperti yang mereka rasakan waktu lalu. IBU, AYAH, dua kata yang selalu membuatku tenang dan bersemangat untuk memulai hariku. IBU, AYAH, tiada yang bisa aku lakukan untuk membalas semua yang kalian berikan kepada anakmu ini, hanya usaha, ikhtiar dan doa yang bisa aku panjatkan. Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya, diberikan umur yang panjang, dilimpahkan rezeki yang halal, diberi kesehatan selalu, dijauhkan dari segala marabahaya, dan semoga kelak kalian diberikan  tempat dalam jannah-Nya. AMIN. I LOVE YOU FOREVER.

cerpen


Rindu yang Tak Berujung
Oleh Fitriani Latif Budu

Semenjak perpisahan itu terjadi aku masih mengingatmu. Bagaimanapun kamu membuatku kecewa dan sesakit apapun itu. Namun, sedikitpun aku tak pernah membencimu. Aku malah memilih diam, pura-pura tidak terjadi sesuatu. Seandainya kamu tahu? Sungguh, dibalik itu, hati ini masih sangat merindukanmu.

Kamu tahu? Jauh setelah perpisahan itu terjadi. Kamu selalu hadir disetiap malam ditidurku. Datang menghampiri seolah mengajak berbicara atau hanya sekedar menyapa saja. Aku merasa kamu benar-benar berada dihadapanku, berbicara dan tersenyum kepadaku. Padahal kita begitu jauh terpaut oleh jarak. Semenjak itu, rindu ini selalu datang. Malam ini, mungkin esok dan seterusnya akan selalu seperti itu. Hingga sekarang rindu ini masih setia bersemayam dihatiku ketika akan kupejamkan mata ini, sebelum kuterlelap dalam tidurku.

Kamu dan kenangan itu selalu terlintas dibenakku. Bagaikan album lama yang setiap lembarannya kuperhatikan tanpa melewatkan satu lembarpun, yang mengantarkanku kembali mengingat tentangmu, tentang kenangan yang kamu tinggalkan.

Pertanyaannya kemudian, mengapa hal semacam ini terjadi padaku? Mungkinkah, karena kamu yang pertama membuatku jatuh hati dan akan sulit untukku melupakan semua tentangmu. Yah, itu hanyalah pendapatku saja. Entahlah, yang aku tahu, aku rindu kepadamu.

Sungguh, sekuat apapun aku untuk menahannya, aku tak mampu mengingkari hatiku. Bahwa aku tak pernah sekalipun ragu akan apa yang aku rasakan saat ini. Meski tanpa alasan apapun dan tanpa kamu harus memberiku apapun.

Bagiku, kamulah yang pertama yang memberiku dan mengoreskan luka dihati ini, walaupun pada akhirnya aku terus jatuh hati untuk berulang kalinya pada hati yang sama dan selalu membuatku bertahan dengan segala perasaanku.

Hei kamu, tak bisakah kamu mengartikan perasaanku, janganlah berpura-pura jahat dihadapanku, jika hanya ingin meyakinkanku bahwa dirimu tak layak untuk dicintai.

Yah, yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah meminta pada Tuhan sang pemilik hati yang mampu membolak-balikkan hati ciptaan-Nya. Aku berdoa dalam diamku, agar rindu yang KAU titip dihati ini yang keperuntukkan kepadanya. Tetaplah berada di sana. Diam dan teruslah diam di sana. Hingga tiba saatnya, takdir-Mulah yang menentukan arah rindu ini. Akankah rindu ini tetap tinggal bersemayam, menepi di sudut hati ini selamanya ataukah, rindu ini akan bertuan padanya dalam pertemuan yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula. Dan jika memang kita dipertemukan kembali, aku berharap dipertemukan pada waktu yang tepat dengan rindu yang sudah pantas tuk aku rindukan. Tapi sungguh, hanya Tuhan yang tahu, ada skenario indah telah dirancang untukku dan untukmu.

Selasa, 23 Februari 2016

cerpen tentang aku dan kamu




Untuk Kamu yang Pernah Aku Kagumi “Terima Kasih”
oleh Fitriani Latif Budu

 “Hei kamu yang pernah aku kagumi! Apa kabar kamu? Semoga sehat selalu ya.”

Terima kasih banyak atas sambutanmu yang mengenankan hati. Atas gensimu yang tak pernah kamu kurangi sedikitpun. Terima kasih karena masih mengingat aku.
Izinkan aku menulis tentangmu dan tentangku. Tentang rasa yang pernah hadir di antara kita.

Awalnya aku tak menyangka akan mencintaimu dan menyayangimu sejauh ini. Mencintaimu dengan kesederhanaanmu, menyanyangimu dengan caramu memberiku perhatian.

Awalnya biasa saja, semuanya bermula saat teman-teman menjodohkan kita dan saat kamu mulai memberikan perhatian kecil. Hingga pada saatnya dimana aku mulai menyukaimu dengan segala rasaku.

Tanpa aku sadari rasa suka ini perlahan mulai mencintaimu diam-diam. Mencintaimu dengan segala apapun yang kamu perbuat. Hingga aku selalu berfikir mengapa kamu berbeda dari yang lain. “Ya tuhan inikah rasanya ketika sedang jatuh cinta?.” Ungkapku dalam hati kala itu.

Hmmm... ternyata cinta yang aku rasakan bukanlah cinta sepihak. Mengetahui hal itu sungguh sangat menyenangkan dan menjalani hari-hari denganmu serasa tak kekurangan apapun. Seakan tak pernah berfikir hubungan ini akan berujung entah kemana. Akankah berakhir dengan indah atau malah sebaliknya. So, bagiku kamu adalah moodboosterku.

Hari-haripun terus berlalu hingga tiba pada sebuah perpisahan. Perpisahan yang akupun tak  tahu (Aneh deh...hehehe). Perpisahan yang meninggalkan sejuta kenangan dan pertanyaan. Pertanyaan yang tak pernah sanggup tuk aku sampaikan padamu hingga saat ini. Kepergianmu yang terbilang dadakan (bagiku iya, tapi bagimu mungkin tidak) membuat aku kecewa, sakit, benci, semuanya bercampur aduk. Hingga aku mulai menyadari, ini sudah di luar batas kewajaran.

Aku mulai menata kembali kehidupanku, mencoba melupakan semuanya, dan fokus pada studiku. Sekarang, aku hidup tanpa harus berfikir tentangmu, apapun itu.

Hingga suatu ketika terdengar suara saat aku mengangkat telepon,

“Assalamualikum... Masih ingat dengan aku? Kabarnya gimana?.” Ungkapmu lewat via telepon.

Saat itu aku mulai berfikir, memutar otak dan mulai mengingatmu lagi. Kita kembali dekat tanpa ada rasa benci dan kecewa di hatiku. Semuanya terlupakan, hingga kenangan manis saat bersama kamu terkuak kembali. Yah... mungkin masih ada cinta yang membekas untukmu.

Hingga kini, aku belum tahu semua hal yang ingin kutanyakan padamu , mengapa kamu melakukan itu tanpa memberiku kabar apapun?. Why? I don’t know. Just you know. Tak ada penjelasan apapun darimu. Aku pahami dirimu dulu dengan keadaanmu yang tidak memungkinkan ataukah kamu memang sengaja melakukannya. Entahlah...

Seiring berjalannya waktu, rasaku mulai diuji. Rasa itu hadir lagi dan kembali mengukir kenangan kecil yang sederhana itu. Hingga pada akhirnya aku kembali merasakan sakitnya hati dan kekecewaan yang luar biasa.

Huuuuuu... (suara hembusan nafasku yang diiringi dengan tangis kala itu).

Aku tak akan membenci dan tak akan marah jika kamu tak memberi alasan mengapa kamu melakukannya. Aku tak tahu tujuanmu melakukannya, apakah hanya sekedar untuk menguji cintaku kepadamu? tapi jika memang masih ada cinta yang tersisa untukku, mengapa kamu melakukan itu? Entahlah... cukup aku simpan dan menjadikannya sebuah pengalaman dan pelajaran hidup. Aku akan menunggu hingga tiba pada saat nanti kamu sendiri yang akan menjelaskan alasannya kepadaku. Satu hal yang aku pahami, mungkin ini bukanlah salahmu sepenuhnya. Tapi ini juga menjadi salahku yang tak pernah berani menanyakannya kepadamu. I know that.

Meski malu aku akui perasaan ini yang sejatinya yang tak pernah lupa menyapamu disetiap sujudku. Yah itu dulu, sekarang... aku fikir aku taklah pantas untuk meratapi perasaan ini lagi karena aku sadar aku bukanlah siapa-siapa saat ini. Kuhadapi dengan kedewasaan tuk menyingkirkan perasaan ini dengan perlahan dan kamu tak perlu khawatir, dan tak perlu takut, aku tak akan mendendam dan membenci. Tak akan meminta dan berharap lagi. Kamu akan selalu menjadi teman, teman dan teman. Terima kasih atas kenangan, pengalaman, dan pelajarannya. Terima kasih atas segalanya.

Instagram @fitrithree


Sabtu, 04 Mei 2013

sebuah puisi tentangmu

Inikah Rindu?
oleh Fitriani Latif Budu pada 02 November 2011 pukul 00:11


Rasanya ada yang berbeda akhir-akhir ini

Di tengah malam yang sunyi

Yang ada, hanya ada secercah cahaya lampu yang terpancar dari luar

Yang ada, hanya suara kebisingan kendaraan yang lalu lalang terdengar

Malam ini, malam sebelumnya, dan malam-malam sebelumnya

Aku terbangun dengan mimpi yang sama

Wajah itu muncul lagi, lagi dan lagi

Terlihat seorang mendekat, semakin mendekat dengan diriku

Wajahnya semakin jelas terlihat olehku

Batinku bertanya

Diakah sosok yang pernah ada dalam kisahku?

Sosok yang pernah memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang

Sosok yang pernah menjadi penyemangat

Sosok yang pernah menorehkan kisah yang indah

Sosok yang pernah meninggalkan sejuta kenangan



Inikah pertanda aku masih memikirkannya

Inikah pertanda aku masih mengharapkannya

Inikah pertanda aku masih membutuhkannya

Inikah pertanda aku masih menyisakan tempat untuknya di hatiku

Atau,

Inikah yang di namakan rindu?