Selasa, 23 Februari 2016

cerpen tentang aku dan kamu




Untuk Kamu yang Pernah Aku Kagumi “Terima Kasih”
oleh Fitriani Latif Budu

 “Hei kamu yang pernah aku kagumi! Apa kabar kamu? Semoga sehat selalu ya.”

Terima kasih banyak atas sambutanmu yang mengenankan hati. Atas gensimu yang tak pernah kamu kurangi sedikitpun. Terima kasih karena masih mengingat aku.
Izinkan aku menulis tentangmu dan tentangku. Tentang rasa yang pernah hadir di antara kita.

Awalnya aku tak menyangka akan mencintaimu dan menyayangimu sejauh ini. Mencintaimu dengan kesederhanaanmu, menyanyangimu dengan caramu memberiku perhatian.

Awalnya biasa saja, semuanya bermula saat teman-teman menjodohkan kita dan saat kamu mulai memberikan perhatian kecil. Hingga pada saatnya dimana aku mulai menyukaimu dengan segala rasaku.

Tanpa aku sadari rasa suka ini perlahan mulai mencintaimu diam-diam. Mencintaimu dengan segala apapun yang kamu perbuat. Hingga aku selalu berfikir mengapa kamu berbeda dari yang lain. “Ya tuhan inikah rasanya ketika sedang jatuh cinta?.” Ungkapku dalam hati kala itu.

Hmmm... ternyata cinta yang aku rasakan bukanlah cinta sepihak. Mengetahui hal itu sungguh sangat menyenangkan dan menjalani hari-hari denganmu serasa tak kekurangan apapun. Seakan tak pernah berfikir hubungan ini akan berujung entah kemana. Akankah berakhir dengan indah atau malah sebaliknya. So, bagiku kamu adalah moodboosterku.

Hari-haripun terus berlalu hingga tiba pada sebuah perpisahan. Perpisahan yang akupun tak  tahu (Aneh deh...hehehe). Perpisahan yang meninggalkan sejuta kenangan dan pertanyaan. Pertanyaan yang tak pernah sanggup tuk aku sampaikan padamu hingga saat ini. Kepergianmu yang terbilang dadakan (bagiku iya, tapi bagimu mungkin tidak) membuat aku kecewa, sakit, benci, semuanya bercampur aduk. Hingga aku mulai menyadari, ini sudah di luar batas kewajaran.

Aku mulai menata kembali kehidupanku, mencoba melupakan semuanya, dan fokus pada studiku. Sekarang, aku hidup tanpa harus berfikir tentangmu, apapun itu.

Hingga suatu ketika terdengar suara saat aku mengangkat telepon,

“Assalamualikum... Masih ingat dengan aku? Kabarnya gimana?.” Ungkapmu lewat via telepon.

Saat itu aku mulai berfikir, memutar otak dan mulai mengingatmu lagi. Kita kembali dekat tanpa ada rasa benci dan kecewa di hatiku. Semuanya terlupakan, hingga kenangan manis saat bersama kamu terkuak kembali. Yah... mungkin masih ada cinta yang membekas untukmu.

Hingga kini, aku belum tahu semua hal yang ingin kutanyakan padamu , mengapa kamu melakukan itu tanpa memberiku kabar apapun?. Why? I don’t know. Just you know. Tak ada penjelasan apapun darimu. Aku pahami dirimu dulu dengan keadaanmu yang tidak memungkinkan ataukah kamu memang sengaja melakukannya. Entahlah...

Seiring berjalannya waktu, rasaku mulai diuji. Rasa itu hadir lagi dan kembali mengukir kenangan kecil yang sederhana itu. Hingga pada akhirnya aku kembali merasakan sakitnya hati dan kekecewaan yang luar biasa.

Huuuuuu... (suara hembusan nafasku yang diiringi dengan tangis kala itu).

Aku tak akan membenci dan tak akan marah jika kamu tak memberi alasan mengapa kamu melakukannya. Aku tak tahu tujuanmu melakukannya, apakah hanya sekedar untuk menguji cintaku kepadamu? tapi jika memang masih ada cinta yang tersisa untukku, mengapa kamu melakukan itu? Entahlah... cukup aku simpan dan menjadikannya sebuah pengalaman dan pelajaran hidup. Aku akan menunggu hingga tiba pada saat nanti kamu sendiri yang akan menjelaskan alasannya kepadaku. Satu hal yang aku pahami, mungkin ini bukanlah salahmu sepenuhnya. Tapi ini juga menjadi salahku yang tak pernah berani menanyakannya kepadamu. I know that.

Meski malu aku akui perasaan ini yang sejatinya yang tak pernah lupa menyapamu disetiap sujudku. Yah itu dulu, sekarang... aku fikir aku taklah pantas untuk meratapi perasaan ini lagi karena aku sadar aku bukanlah siapa-siapa saat ini. Kuhadapi dengan kedewasaan tuk menyingkirkan perasaan ini dengan perlahan dan kamu tak perlu khawatir, dan tak perlu takut, aku tak akan mendendam dan membenci. Tak akan meminta dan berharap lagi. Kamu akan selalu menjadi teman, teman dan teman. Terima kasih atas kenangan, pengalaman, dan pelajarannya. Terima kasih atas segalanya.

Instagram @fitrithree